Let's join to be our partner Join Now!

Monolog Hati Episode 29 : Desember dan Rindu

Please wait 0 seconds...
Scroll Down and click on Go to Link for destination
Congrats! Link is Generated

Monolog Hati Episode 29 : Desember dan Rindu
Story Edelweiss - Di senja yang hening ini, ketika matahari perlahan merunduk untuk beristirahat, rindu menyelimuti segalanya. Kita seperti dua pena yang menggoreskan kisah cinta di buku kehidupan, dan setiap lembarannya penuh dengan kalimat-kalimat yang membangkitkan kenangan. Malam ini, seperti malam-malam sebelumnya, kita kembali terlibat dalam tarian rindu yang tak pernah berakhir.

Kalimat malam itu, seperti tangan yang erat memegang cerita. Setiap kata adalah satu ikatan, satu titik-titik penghubung antara kita. Seakan ada keajaiban di dalam gelapnya malam, membuat kata-kata menjadi lebih berarti dan menyentuh. Mungkin karena pada malam yang sunyi ini, hanya rindu yang bisa bersuara, dan hanya dalam kata-kata, ia dapat menceritakan segala getir dan manisnya perjalanan cinta kita.

Baca Juga : Monolog Hati Episode 28 : Maaf

Angin malam yang sejuk seperti peluk lembut dari kenangan. Ia mengusap wajah kita dengan lembut, membawa aroma masa lalu yang terkadang pahit, namun selalu manis. Terkadang, ketika hembusan angin membelai, rasanya seperti kau ada di sini bersamaku, seperti bayanganmu yang masih terpatri di sudut hatiku. Bintang-bintang di langit malam juga ikut berpartisipasi dalam kisah kita. Mereka bersinar seolah menjadi saksi bisu dari setiap momen indah yang kita lalui bersama.

Dalam sunyi yang mendalam, rindu bercerita dengan lirih. Suara hati yang terdengar di dalam bisikan malam, memperdengarkan melodi yang dulu sering kita nyanyikan bersama. Waktu pun ikut menyampaikan pesannya, seperti penjaga rahasia yang setia. Di setiap detiknya, ia menciptakan kenangan-kenangan yang tak tergantikan. Desember yang merona menjadi panggung di mana kita merajut sepi bersama. Ada kehangatan di dalam dinginnya bulan Desember, seperti pelukan dari kenangan-kenangan yang tak lekang oleh waktu.

Kalimat-kalimat ini, seperti tinta yang menorehkan cerita indah kita. Mereka membentuk puisi kehidupan yang penuh warna. Di setiap barisnya, terpahat kehidupan kita yang damai, meski kadang diselingi oleh kepingan-kepingan kepedihan. Desember, seperti seorang seniman yang sedang menciptakan lukisan indah dari cat air kenangan kita. Ia memilih warna-warna yang lembut, namun dalamnya terkandung makna yang begitu mendalam.

Baca Juga :

Pada malam yang sunyi dan gelap, rindu terus bercerita. Ia merayap perlahan seperti bayangan yang tak pernah lepas dari kita. Setiap kata yang terucap, seakan menjadi jembatan yang menghubungkan kita. Mungkin rindu adalah bahasa universal yang bisa dipahami oleh hati-hati yang merindukan. Terkadang, ia datang dalam diam, seolah ingin kita merasakan kehadirannya tanpa kata-kata yang berlebihan.

Hamparan mimpi adalah tempat di mana kita bersatu kembali. Mimpi-mimpi itu seperti jendela ke dunia lain, di mana kita bisa berada bersama tanpa ada batasan. Mungkin di sana, waktu tidak lagi menjadi penghalang. Mungkin di sana, kita bisa merasakan pelukanmu lagi, seakan tidak pernah berpisah. Cinta yang tak terlupa, ia menjadi api yang tetap berkobar di tengah hamparan mimpi kita. Api yang tak pernah padam, meski badai kehidupan kadang mencoba mematikannya.

Cinta kita seperti puisi yang terpatri dalam setiap kenangan yang indah. Setiap detik yang kita lalui bersama, seperti kata-kata yang terukir dengan indah. Seperti bait-bait yang terpilih dengan hati-hati untuk menciptakan harmoni yang tak tergantikan. Mungkin inilah keajaiban dari cinta sejati, bahwa meski waktu terus berjalan, namun kenangan-kenangan itu tetap hidup di dalam kita.

Baca Juga : Monolog Hati Episode 27 : Melupakanmu

Desember yang merona, seolah menjadi pemeran utama dalam drama cinta kita. Ia menyaksikan setiap kisah yang tercipta di antara kita. Meski bulan Desember hanya sebatas waktu dalam satu tahun, namun ia memiliki kekuatan untuk mengukir kenangan-kenangan abadi. Ia seperti peluk erat dari waktu, mencatat setiap langkah yang kita ambil bersama.

Kalimat ini, seperti doa yang kita panjatkan setiap malam sebelum tidur. Doa untuk kebahagiaanmu, doa untuk keberhasilanmu, dan tentu saja, doa agar kita bisa bersatu kembali di hamparan mimpi. Meski terkadang hanya di dalam doa, namun doa-doamu selalu menyentuh hati. Mungkin doa adalah cara kita untuk tetap bersama, meski tak dapat bersatu di dunia nyata.

Jadi, pada malam yang sunyi dan gelap ini, mari kita biarkan rindu terus bercerita. Biarkan kalimat-kalimat ini menjadi saksi bisu dari cinta yang tak pernah pudar. Biarkan waktu menyaksikan bagaimana kita merajut sepi di dalam hamparan mimpi. Dan pada akhirnya, biarkan Desember yang merona menjadi saksi dari kesetiaan cinta kita yang abadi.

Post a Comment

Oops!
It seems there is something wrong with your internet connection. Please connect to the internet and start browsing again.
Site is Blocked
Sorry! This site is not available in your country.