Let's join to be our partner Join Now!

Monolog Hati Episode 27 : Melupakanmu

Please wait 0 seconds...
Scroll Down and click on Go to Link for destination
Congrats! Link is Generated

Melupakanmu

Monolog Hati Episode 27 : Melupakanmu

Story Edelweiss - Hari ini, biarkan aku bercerita bagaimana prosesku melupakanmu. Tempat ini adalah taman yang kita kunjungi bersama, tempat di mana senyum bahagiaku sempat berkembang subur, sebelum kemudian bekerja keras untuk menutupi mata sembab yang kamu hadirkan, usai lelah berurai air mata semalaman. Ketika matahari terbenam, dan taman ini bermandikan cahaya senja, aku merasa seperti kita sedang berjalan-jalan di dalam lukisan alam yang indah.

Semua ini dulu adalah kenangan manis yang tak pernah lelah kutatap dalam mimpi-mimpi ku. Bagai perhiasan mahal yang menyulap hidupku menjadi kilauan kebahagiaan. Namun, seiring waktu berlalu, perhiasan itu mulai pudar dan meninggalkan bekas luka. Aku mencoba untuk menjaga senyum bahagia itu, seperti seseorang yang berusaha memperbaiki lukisan yang sudah terlalu lama tak terawat. Dan bagaimana pikiranku selalu kualihkan, tiap kali kamu berusaha kembali ke masa di mana kita saling membahagiakan.

Seolah aku adalah seorang pelukis, mencoba merapikan palet warna di dalam pikiranku, agar tidak ada lagi sentuhan yang menyebabkan bayang-bayangmu terekam. Aku mencampur warna-warna cerah untuk menutupi kenangan indah yang perlahan berubah menjadi bumerang. Tapi, pada akhirnya, aku menyadari bahwa bagaimanapun keras aku mencoba, warna-warna itu tak mampu menutupi rasa yang tumbuh dalam hatiku. Melupakanmu adalah seperti mencoba menyapu debu di bawah permadani, tak peduli seberapa banyak usaha yang kulakukan, debu itu akan selalu kembali dan mengganggu ketenangan.

Aku juga sudah menyembunyikan semua hal yang kamu berikan, menjauhi tempat favorit kita untuk berbagi kebersamaan, tidak lupa mengizinkan hati terbuka, agar lebih mudah bagiku untuk mengikhlaskan. Dalam kamarku, ada sebuah kotak kecil yang berisi kenangan-kenangan kita. Sehelai surat yang penuh dengan kata-kata mesra, sebuah potret kita saat pertama kali bertemu, dan beberapa barang-barang kecil lain yang pernah menjadi saksi bisu dari cinta kita. 

Awalnya, aku merasa seperti kotak itu adalah harta karun yang harus dijaga dengan baik, tetapi kemudian aku menyadari bahwa itu adalah penjara yang tersembunyi. Penjara untuk hatiku yang mencoba melepaskan diri dari belenggu kenangan. Jadi, aku menyembunyikan kotak itu di sudut terdalam lemari, dan berharap bahwa dengan begitu, aku akan lebih mudah melupakanmu.

Dan aku pikir cukup berhasil, setidaknya sampai hari ini. Hidupku terus berlanjut, dan aku merasa seperti aku telah menemukan kembali potongan-potongan diriku yang dulu pernah hilang bersamamu. Tapi ternyata, tak selamanya hati manusia dapat berbohong pada dirinya sendiri. Aku merasa kuat, sampai kata "Hai!" darimu di sudut lorong tadi, membuatku harus kembali melupakanmu dari awal lagi.

Itu adalah sapaan yang tulus, tanpa basa-basi, dan begitu saja menggetarkan hatiku. Tidak ada persiapan, tidak ada peringatan, hanya sekumpulan huruf dan suara yang mampu menggoyahkan tembok pertahanan yang kuat yang telah aku bangun. Melupakanmu adalah seperti berenang di lautan yang dalam dan gelap, dan saat aku hampir mencapai pantai, ombak yang tak terduga datang dan menyeretku kembali ke laut yang dalam.

Aku mencoba untuk menjaga agar air mata tidak mengalir, agar senyumku tidak pudar, tapi itu sulit. Setiap kata, setiap tawa, setiap tatapanmu memanggil kenangan-kenangan yang aku coba begitu keras untuk melupakan. Seperti seorang penyair yang mencoba menangkap keindahan alam dalam kata-kata, aku mencoba menangkap kenangan kita dalam hatiku.

Baca Juga

Tapi itu seperti mencoba menjebak burung di dalam sangkar, mereka selalu menemukan jalan keluar. Jadi, aku mengizinkan air mata itu mengalir, membiarkannya membersihkan luka-luka yang tersembunyi di dalam hatiku. Meskipun aku tak bisa menghindar dari rasa sakit yang datang dengan setiap tetes air mata, aku tahu bahwa itulah cara hati menyembuhkan diri.

Seiring waktu berlalu, aku belajar bahwa melupakanmu bukanlah proses yang bisa diukur dengan waktu. Ini adalah perjalanan yang penuh dengan tanjakan dan turunan, seperti sebuah jalur gunung yang berliku dan terjal. Ada hari-hari ketika aku merasa seperti aku sudah melewati semua rintangan dan mendaki ke puncak, dan ada hari-hari ketika aku merasa seperti aku tergelincir kembali ke bawah. Tapi aku terus berjalan, terus berjuang, karena aku tahu bahwa di ujung perjalanan ini, ada kebahagiaan yang lebih besar menunggu.

Aku merasa seperti seorang penjelajah yang tersesat di hutan belantara, mencari jalan keluar. Terkadang, aku menemukan jejakmu yang telah lama terlupakan di tengah pepohonan yang rimbun. Jejak-jejak itu mengingatkanku pada semua petualangan yang pernah kita alami bersama, semua tawa dan cerita yang pernah kita bagi. Dan aku merasa seperti aku hampir kembali padamu. Tapi kemudian, hujan datang dan mencuci jejak-jejak itu, membuatnya hilang begitu saja. Dan aku kembali tersesat di hutan yang gelap.

Melupakanmu adalah seperti mencoba merangkul bayangan. Semakin keras aku mencoba, semakin jauh ia melarikan diri. Bayanganmu selalu ada di sana, mengikuti aku di setiap langkah, bahkan ketika matahari terbenam dan malam datang. Tapi aku tahu bahwa aku harus membiarkannya pergi, jika aku ingin menemukan cahaya yang sebenarnya. Jadi aku terus berjalan, mencoba untuk menjauh dari bayanganmu, mencoba untuk menemukan sinar matahari yang hangat.

Aku merasa seperti seorang pematung yang sedang menciptakan patung dari sepotong batu yang kasar. Aku memahat dan memahat, mencoba untuk membentuknya menjadi sesuatu yang indah. Tapi setiap kali aku hampir selesai, ada sesuatu yang mengganggu, sesuatu yang membuat patung itu tidak sempurna. Dan aku menyadari bahwa patung itu adalah kamu, dan aku tidak bisa melupakanmu sepenuhnya. Tapi mungkin, yang perlu aku lakukan adalah menerima bahwa patung ini akan selalu memiliki goresan yang mengingatkan pada kamu, dan itu adalah bagian dari keindahan yang sejati.

Melupakanmu adalah seperti mencoba menangkap angin. Angin itu bebas, tak terlihat, dan tak bisa dipegang. Aku mencoba untuk meraihnya dengan tanganku, tapi angin selalu meluncur di antara jari-jari ku. Dan aku menyadari bahwa kamu adalah seperti angin, tak bisa kupegang dan tak bisa ku kendalikan. Yang bisa aku lakukan adalah merasakannya, merasakan hembusan lembutnya di wajahku, dan membiarkannya melewati tubuhku.

Tapi meskipun melupakanmu adalah seperti perjalanan yang panjang dan sulit, aku tidak akan pernah berhenti berjuang. Karena melupakanmu adalah seperti mencoba menemukan harta karun yang hilang. Aku mungkin harus melewati badai dan berlayar di lautan yang gelap, tetapi aku yakin bahwa di suatu tempat di sana, ada cahaya yang akan membimbingku pulang. Jadi aku akan terus berjalan, terus mencari, dan terus berharap bahwa suatu hari nanti, aku akan benar-benar melupakanmu.

Hari ini, di tempat ini, aku berdiri dengan hati yang masih penuh kenangan tentangmu, dan meskipun aku tahu bahwa proses melupakanmu mungkin akan berlanjut, aku siap untuk menghadapinya. Karena melupakanmu adalah seperti perjalanan yang tak pernah berakhir, tapi aku yakin bahwa di ujungnya, ada kebahagiaan yang lebih besar menunggu. Mungkin suatu hari nanti, aku akan bisa berbicara tentangmu tanpa rasa sakit, dan senyumku akan menjadi tulus lagi. Dan saat itu tiba, aku akan tahu bahwa aku benar-benar telah melupakanmu.

Sirau, 7 Januari 2019

Di SMA

Post a Comment

Oops!
It seems there is something wrong with your internet connection. Please connect to the internet and start browsing again.
Site is Blocked
Sorry! This site is not available in your country.