Image by thank you for love from Pixabay
Story Edelweiss - Tata nama senyawa kimia adalah sistem yang digunakan untuk memberikan nama unik pada setiap senyawa kimia. Senyawa kimia memiliki komposisi unik dari atom-atom yang terikat bersama melalui ikatan kimia. Oleh karena itu, penamaan senyawa kimia harus dapat menggambarkan komposisi dan struktur senyawa tersebut.
Tata Nama Kimia
Senyawa kimia memiliki tata nama yang diatur oleh International Union of Pure and Applied Chemistry (IUPAC). Aturan ini diperkenalkan untuk memastikan adanya komunikasi yang jelas dan konsisten dalam ilmu kimia di seluruh dunia. IUPAC memiliki tujuan utama untuk menciptakan sistem penamaan senyawa yang dapat diterima secara universal. Di sisi lain, Indonesia memiliki sistem penamaan senyawa kimia yang berbeda yang dikenal sebagai sistem trivial. Sistem ini bersifat tidak resmi dan hanya berlaku di dalam negeri, sedangkan negara-negara lain memiliki sistem penamaan trivial masing-masing.
Baca Juga : Kimia Unsur
Sistem penamaan trivial secara umum digunakan untuk senyawa-senyawa yang telah dikenal luas dan memiliki sejarah penggunaan yang panjang. Penamaan ini seringkali didasarkan pada sifat, asal-usul, atau penggunaan senyawa tersebut dalam konteks tertentu. Sebagai contoh, senyawa NaCl dikenal dengan nama garam dapur karena sering digunakan sebagai bumbu dapur yang umum. Begitu pula dengan senyawa CO2 yang dinamakan karbon dioksida karena terdiri dari karbon dan oksigen yang membentuk ikatan kovalen.
Meskipun sistem penamaan trivial tidak diakui secara internasional, namun ia tetap memegang peran penting dalam konteks lokal. Pemakaian nama-nama ini memberikan sentuhan personal dan historis terhadap senyawa-senyawa tertentu, menciptakan hubungan antara ilmu kimia dan budaya setempat. Oleh karena itu, sambil tetap mematuhi aturan IUPAC, penggunaan sistem penamaan trivial juga mencerminkan kekayaan tradisi dan pengalaman masyarakat Indonesia dalam menghadapi senyawa kimia sehari-hari.
Berikut adalah beberapa contoh sistem penamaan trivial:
Senyawa Anorganik
- NaCl = Garam dapur
- MgO = Batu kapur
- CaCO3 = Kapur tulis
- H2O = Air
- HCl = Asam klorida
Senyawa Organik
- CH3OH = Metanol (alkohol kayu)
- C2H5OH = Etanol (alkohol bir)
- C3H8O = Propanol (alkohol kayu putih)
- C6H12O6 = Glukosa
- C2H4O2 = Asam asetat (cuka)
Kelebihan dan Kekurangan Sistem Trivial
Sistem penamaan trivial memiliki beberapa kelebihan, yaitu:
- Lebih mudah diingat dan diucapkan
- Lebih singkat dan ringkas
- Lebih familiar dan akrab di telinga masyarakat
- Tidak konsisten
- Tidak dapat menggambarkan komposisi dan struktur senyawa
- Dapat menimbulkan kebingungan jika senyawa tersebut memiliki nama trivial yang berbeda-beda di berbagai negara
Secara umum, sistem penamaan trivial digunakan untuk keperluan sehari-hari atau dalam perdagangan. Sistem penamaan IUPAC digunakan untuk keperluan ilmiah dan akademis.
Macam-Macam Tata Nama Senyawa Kimia
Tata nama senyawa kimia adalah suatu sistem penamaan yang terstruktur dan terstandarisasi untuk memudahkan komunikasi dalam ilmu kimia. Terdapat dua jenis tata nama senyawa utama, yaitu tata nama senyawa anorganik dan tata nama senyawa organik.
Senyawa Biner
Senyawa biner merupakan kategori senyawa anorganik yang terdiri dari dua jenis unsur. Dalam dunia senyawa biner, kita dapat mengidentifikasi dua kelompok utama: senyawa biner ionik dan senyawa biner kovalen.
Senyawa Biner Ionik
Senyawa biner ionik terbentuk dari ion-ion yang bermuatan listrik berlawanan. Nama senyawa ini disusun dengan menuliskan nama unsur logam terlebih dahulu, diikuti dengan nama unsur nonlogam dengan akhiran -ida. Contoh senyawa ini termasuk Natrium Klorida (NaCl), Magnesium Oksida (MgO), dan Kalsium Sulfida (CaS).
Senyawa Biner Kovalen
Senyawa biner kovalen terbentuk dari atom-atom yang saling berikatan secara kovalen. Penamaannya dilakukan dengan menuliskan nama unsur yang lebih elektronegatif terlebih dahulu, diikuti dengan nama unsur yang kurang elektronegatif. Contoh senyawa biner kovalen mencakup Hidrogen Klorida (HCl), Air (H2O), dan Karbon Dioksida (CO2).
Baca Juga : Siklus Nitrogen
Senyawa Poliatomik
Senyawa poliatomik melibatkan lebih dari dua unsur dalam struktur molekulnya. Sama seperti senyawa biner, senyawa poliatomik dapat dibagi menjadi senyawa poliatomik ionik dan kovalen.
Senyawa Poliatomik Ionik
Senyawa ini terdiri dari ion-ion poliatomik yang bermuatan listrik berlawanan. Nama senyawa poliatomik ionik disusun dengan menuliskan nama unsur logam terlebih dahulu, diikuti dengan nama ion poliatomik dengan akhiran -ida. Contoh meliputi Kalium Sulfat (K2SO4), Kalsium Karbonat (CaCO3), dan Natrium Hidrogen Karbonat (NaHCO3).
Senyawa Poliatomik Kovalen
Senyawa ini terbentuk dari atom-atom yang saling berikatan secara kovalen, membentuk ion poliatomik. Penamaan senyawa ini dilakukan dengan menuliskan nama unsur-unsur yang membentuk ion poliatomik tersebut. Contoh antara lain Amonia (NH3), Asam Sulfat (H2SO4), dan Asam Karbonat (H2CO3).
Senyawa Asam dan Basa
Senyawa asam dan basa memiliki sifat khusus yang membedakannya dari kelompok senyawa lainnya.
Senyawa Asam
Senyawa asam dinamai dengan menuliskan kata "asam" diikuti dengan nama anionnya. Anion asam adalah ion yang dibentuk dari unsur nonlogam dengan mengganti satu atau lebih elektron valensi dengan hidrogen. Contoh melibatkan Asam Klorida (HCl), Asam Sulfat (H2SO4), dan Asam Nitrat (HNO3).
Senyawa Basa:
Senyawa basa dinamai dengan menuliskan nama logam diikuti dengan akhiran -ida. Basa adalah senyawa yang dapat melepaskan ion hidroksil (OH-) dalam larutannya. Contoh mencakup Natrium Hidroksida (NaOH), Kalium Hidroksida (KOH), dan Kalsium Hidroksida (Ca(OH)2).
Dengan memahami tata nama senyawa anorganik, kita dapat menyelami keragaman dunia kimia dengan lebih mendalam. Melalui aturan-aturan yang telah ditetapkan, komunikasi di antara para ilmuwan dan pengkaji kimia menjadi lebih efisien dan universal. Sebuah langkah kecil dalam membuka pintu keajaiban senyawa kimia di sekitar kita.