TOKOH KIMIA MODERN (BAPAK KIMIA)
Abu Musa Jabir bin Hayyan
Kata Kimia yang berasal dari bahasa inggris Alchemy ternyata merupakan
terjemaahan dari Kitab Al Kimya hasil karya Abu Musa Jabir bin Hayyan.
Beliaulah yang pertama kali melopori ilmu kimia. Sehingga beliau disebut
‘bapak kimia’. Abu Musa Jabir bin Hayyan lahir di Kuffah, Irak pada
tahun 705 dan wafat pada tahun 803. Ayahnya seorang penjual obat.
Awalnya Jabir kecil menerima pendidikannya dari raja bani Umayyah,
Khalid Ibnu Yazid Ibnu Muawiyah, dan imam terkenal, Jakfar Sadiq,
kemudian berguru di Barmaki Vizier pada masa pemerintahan Harun
Ar-Rasyid di Baghdad. Ia mengembangkan teknik eksperimentasi sistematis
di dalam penelitian kimia, sehingga setiap eksperimen dapat direproduksi
kembali.
Dalam karirnya, ia pernah bekerja di laboratorium dekat Bawwabah di
Damaskus. Dan penelitiannya dilanjutkan saat Ia beranjak dewasa.
Dalam
penelitiannya itu, Jabir mendasari eksperimennya secara kuantitatif dan
instrumen yang dibuatnya sendiri, menggunakan bahan berasal dari logam,
tumbuhan, dan hewani. Jabir mempunyai kebiasaan yang cukup konstruktif
mengakhiri uraiannya pada setiap eksperimen. Antara lain dengan
penjelasan : “Saya pertamakali mengetahuinya dengan melalui tangan dan
otak saya dan saya menelitinya hingga sebenar mungkin dan saya mencari
kesalahan yang mungkin masih terpendam “.
Baca Juga :
Jabir menekankan bahwa kuantitas zat berhubungan dengan reaksi kimia
yang terjadi, sehingga dapat dianggap Jabir telah merintis ditemukannya
hukum perbandingan tetap. Selain itu, beliau juga berhasil
memperkenalkan percobaan yang berkaitan dengan pembentukan unsur asam
mineral, proses kristalisasi , destilasi, kalsinasi, sublimasi, dan
penguapan serta pengembangan instrument untuk melakukan proses-proses
tersebut.
Teori Jabir
Pada perkembangan berikutnya, Jabir Ibnu Hayyan membuat instrumen
pemotong, peleburan dan pengkristalan. Ia menyempurnakan proses dasar
sublimasi, penguapan, pencairan, kristalisasi, pembuatan kapur,
penyulingan, pencelupan, pemurnian, sematan (fixation), amalgamasi, dan
oksidasi-reduksi.
Semua ini telah ia siapkan tekniknya, praktis hampir semua ‘technique’
kimia modern. Ia membedakan antara penyulingan langsung yang memakai
bejana basah dan tak langsung yang memakai bejana kering. Dialah yang
pertama mengklaim bahwa air hanya dapat dimurnikan melalui proses
penyulingan.
Khusus menyangkut fungsi dua ilmu dasar kimia, yakni kalsinasi dan
reduksi, Jabir menjelaskan, bahwa untuk mengembangkan kedua dasar ilmu
itu, pertama yang harus dilakukan adalah mendata kembali dengan
metoda-metoda yang lebih sempurna, yakni metoda penguapan, sublimasi,
destilasi, penglarutan, dan penghabluran.
Setelah itu, papar Jabir, memodifikasi dan mengoreksi teori Aristoteles
mengenai dasar logam, yang tetap tidak berubah sejak awal abad ke 18 M.
Dalam setiap karyanya, Jabir melaluinya dengan terlebih dahulu melakukan
riset dan eksperimen. Metode inilah yang mengantarkannya menjadi
ilmuwan besar Islam yang mewarnai renaissance dunia Barat.
Namun demikian, Jabir tetap saja seorang yang tawadlu’ dan
berkepribadian mengagumkan. “Dalam mempelajari kimia dan ilmu fisika
lainnya, Jabir memperkenalkan eksperimen objektif, suatu keinginan
memperbaiki ketidakjelasan spekulasi Yunani. Akurat dalam pengamatan
gejala, dan tekun mengumpulkan fakta. Berkat dirinya, bangsa Arab tidak
mengalami kesulitan dalam menyusun hipotesa yang wajar,” tulis Robert
Briffault.
Menurut Briffault, kimia, proses pertama penguraian logam yang dilakukan
oleh para metalurg dan ahli permata Mesir, mengkombinasikan logam
dengan berbagai campuran dan mewarnainya, sehingga mirip dengan proses
pembuatan emas. Proses demikian, yang tadinya sangat dirahasiakan, dan
menjadi monopoli perguruan tinggi, dan oleh para pendeta disamarkan ke
dalam formula mistik biasa, di tangan Jabir bin Hayyan menjadi terbuka
dan disebarluaskan melalui penyelidikan, dan diorganisasikan dengan
bersemangat.
Terobosan Jabir lainnya dalam bidang kimia adalah preparasi asam
sendawa, hidroklorik, asam sitrat dan asam tartar. Penekanan Jabir di
bidang eksperimen sistematis ini dikenal tak ada duanya di dunia. Inilah
sebabnya, mengapa Jabir diberi kehormatan sebagai ‘Bapak Ilmu Kimia
Modern’ oleh sejawatnya di seluruh dunia.
Dalam tulisan Max Mayerhaff,
bahkan disebutkan, jika ingin mencari akar pengembangan ilmu kimia di
daratan Eropa, maka carilah langsung ke karyakarya Jabir Ibnu Hayyan.
Puaskah Jabir ? Tidak ! Ia terus mengembangkan keilmuannya sampai batas
tak tertentu. Dalam hal teori keseimbangan misalnya, diakui para ilmuwan
modern sebagai terobosan baru dalam prinsip dan praktik alkemi dari
masa sebelumnya. Sangat spekulatif, di mana Jabir berusaha mengkaji
keseimbangan kimiawi yang ada di dalam suatu interaksi zat-zat
berdasarkan sistem numerologi (studi mengenai arti klenik dari sesuatu
dan pengaruhnya atas hidup manusia) yang diterapkannya dalam kaitan
dengan alfabet 28 huruf Arab untuk memperkirakan proporsi alamiah dari
produk sebagai hasil dari reaktan yang bereaksi. Sistem ini niscaya
memiliki arti esoterik, karena kemudian telah menjadi pendahulu
penulisan jalannya reaksi kimia.
Jelas dengan ditemukannya proses pembuatan asam anorganik oleh Jabir
telah memberikan arti penting dalam sejarah kimia. Di antaranya adalah
hasil penyulingan tawas, amonia khlorida, potasium nitrat dan asam
sulferik. Berbagai jenis asam diproduksi pada kurun waktu eksperimen
kimia yang merupakan bahan material berharga untuk beberapa proses
industrial.
Penguraian beberapa asam terdapat di dalam salah satu
manuskripnya berjudul Sandaqal-Hikmah (Rongga Dada Kearifan) .
Seluruh karya Jabir Ibnu Hayyan lebih dari 500 studi kimia, tetapi hanya
beberapa yang sampai pada zaman Renaissance. Korpus studi kimia Jabir
mencakup penguraian metode dan peralatan dari pelbagai pengoperasian
kimiawi dan fisikawi yang diketahui pada zamannya. Di antara bukunya
yang terkenal adalah Al Hikmah Al Falsafiyah yang diterjemahkan ke dalam
bahasa Latin berjudul Summa Perfecdonis.
Suatu pernyataan dari buku ini mengenai reaksi kimia adalah: “Air raksa
(merkuri) dan belerang (sulfur) bersatu membentuk satu produk tunggal,
tetapi adalah salah menganggap bahwa produk ini sama sekali baru dan
merkuri serta sulfur berubah keseluruhannya secara lengkap. Yang benar
adalah bahwa, keduanya mempertahankan karakteristik alaminya, dan segala
yang terjadi adalah sebagian dari kedua bahan itu berinteraksi dan
bercampur, sedemikian rupa sehingga tidak mungkin membedakannya secara
seksama. Jika dihendaki memisahkan bagian-bagian terkecil dari dua
kategori itu oleh instrumen khusus, maka akan tampak bahwa tiap elemen
(unsur) mempertahankan karakteristik teoretisnya.
Hasilnya adalah suatu
kombinasi kimiawi antara unsur yang terdapat dalam keadaan keterkaitan
permanen tanpa perubahan karakteristik dari masing-masing unsur.”
Ide-ide eksperimen Jabir itu sekarang lebih dikenal/dipakai sebagai
dasar untuk mengklasifikasikan unsur-unsur kimia, utamanya pada bahan
metal, nonmetal dan penguraian zat kimia. Dalam bidang ini, ia
merumuskan tiga tipe berbeda dari zat kimia berdasarkan unsur-unsurnya:
- Air (spirits), yakni yang mempengaruhi penguapan pada proses pemanasan, seperti pada bahan camphor, arsenik dan amonium klorida.
- Metal, seperti pada emas, perak, timah, tembaga, besi, dan
- Bahan campuran, yang dapat dikonversi menjadi semacam bubuk.
Sampai abad pertengahan risalah-risalah Jabir di bidang ilmu kimia
–termasuk kitabnya yang masyhur, yakni Kitab Al-Kimya dan Kitab Al
Sab’een, telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin. Terjemahan Kitab Al
Kimya bahkan telah diterbitkan oleh ilmuwan Inggris, Robert Chester pada
1444, dengan judul The Book of the Composition of Alchemy. Sementara
buku kedua Kitab Al Sab’een, diterjemahkan oleh Gerard Cremona.
Berikutnya di tahun 1678, ilmuwan Inggris lainnya, Richard Russel,
mengalihbahasakan karya Jabir yang lain dengan judul Summa of
Perfection.
Berbeda dengan pengarang sebelumnya, Richard-lah yang
pertama kali menyebut Jabir dengan sebutan Geber, dan memuji Jabir
sebagai seorang pangeran Arab dan filsuf. Buku ini kemudian menjadi
sangat populer di Eropa selama beberapa abad lamanya. Dan telah pula
memberi pengaruh pada evolusi ilmu kimia modern.
Karya lainnya yang telah diterbitkan adalah; Kitab al Rahmah, Kitab al
Tajmi, Al Zilaq al Sharqi, Book of The Kingdom, Book of Eastern Mercury,
dan Book of Balance (ketiga buku terakhir diterjemahkan oleh
Berthelot). “Di dalamnya kita menemukan pandangan yang sangat mendalam
mengenai metode riset kimia,” tulis George Sarton.
Dengan prestasinya
itu, dunia ilmu pengetahuan modern pantas ‘berterima kasih’ padanya.
Buku-buku karya Jabir diantaranya Kitab Al-Kimya yang pada tahun 1144
telah diterjemaahkan dalam bahasa Inggris dalam buku The Book of The
Composition of Alchemy; Kitab Al-Sab’een; Kitab Al Rahmah; Al Tajmi;
Book of The Kingdom; Book of Eastern Mercury; Book of Balance; Al Zilaq
Al Sharqi.